🏀 Perbedaan Hmi Dipo Dan Mpo

Dimana Kongres ke-16 di Padang pada tahun 1986, dengan formatur terpilih M. Saleh Khalid, terpecahnya HMI menjadi dua yakni HMI DIPO dan HMI MPO. Sejak perpecahannya di era orde baru itu, HMI DIPO lebih mendominasi di hadapan publik dengan 'dukungan pemerintah'. HMIDIPO eksis dengan segala fasilitas negaranya, dan HMI MPO tumbuh menjadi gerakan underground yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan negara. Jama'ah HMI MPO walaupun sedikit namun kompak, mereka yakin bahwa apa yang diperjuangkannya untuk tetap bertahan dan berjuang mempertahankan Islam sebagai azas.Sejarah mencatat, setelah reformasi setelah azas tunggal pancasila dicabut, berbondong-bondonglah ormas-ormas dan orpol-orpol kembali ke azas semula. Tak terkecuali HMI DIPO, akhirnya Ketikakutanya soal pendapat kader MPO yang menyatakan HMI DIPO pernah 'melenceng' dari asas, Cahyono menjawab begini: ''HMI DIPO dinilai melenceng dan meninggalkan asas islam, saya rasa itu pola pikir yang kurang pas. Karena pada saat itu pemerintah memberlakukan asas tunggal, Pancasila. Organisasi selain berasaskan Pancasila, dibubarkan. Untukpertama kali dalam kongres ini, PB HMI terpecah menjadi dua, yakni HMI Diponegoro (Dipo) dan HMI Majelis Penyelamatan Organisasi (MPO). Hal itu terjadi akibat Kongres HMI mengesahkan penerimaan Pancasila sebagai asas organisasi. Pergerakankemahasiswa di Kota Bandar Lampung semakin semarak dengan hadirnya Hmi versi Mpo (Majelis penyelamat organisasi ) sebagai antitesa dari Hmi Mengenal HMPI MPO Bandar Lampung Halaman 1 - Kompasiana.com DalamPerkembangannya Himpunan Mahasiswa Islam kemudian terpecah menjadi dua karena upaya Orde Baru dalam meletakkan asas tunggal pancasila, yang merapat pada kekuasaan Orde Baru disebut HMI Dipo dan yang tetap sesuai asas Islam adalah HMI MPO, tetapi keduanya tetap menyebut sebagai HMI dalam dokumen organisasi. Ketua Umum Alumni HMI JatiDiri HMI MPO. Posted by. HMI Cabang Sleman Juli 26, 2018. Desember 14, 2020. Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) merupakan organisasi utama dari Himpunan Mahasiswa Islam. HMI-MPO ini lahir saat menjelang kongres HMI XVI yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 24-31 Maret 1986. SedangkanHMI yang tetap mempertahankan azas Islam kemudian dikenal dengan istilah HMI MPO (Majelis Penyelamat Organisasi) dengan ketua Umum PB HMI Aggy Sudjana. Karena alasan untuk menyelamatkan HMI dari ancaman pembubaran oleh rezim Orde Baru, maka melalui Kongres Padang disepakatilah penerimaan asas tunggal Pancasila. PerseteruanDIPO dan HMI MPO berakhir damai. Kedua pengurus organisasi itu sepakat islah di Kongres HMI ke-26 di Palembang. Yangpada akhirnya, HMI DIPO menerima asas Pancasila - meski setelah reformasi asasnya kembali ke Islam, sedangkan HMI MPO tetap mempertahankan asas Islamnya. Bukan saling membenci atau saling menyalahkan atas perbedaan," kata Mahfud dilansir dari edunews.id. Mahfud juga menyinggung adanya 'faksi' MPO dan Dipo di HMI yang terpecah sekitaran tahun 80an bukanlah hal yang substansi yang perlu diperdebatkan. "Saya ingin sampaikan, kalau misalnya HMI MPO atau Dipo tak bisa bersatu. Terdapatporos yang memilih untuk akhirnya menerima asas tunggal Pancasila menggantikan asas Islam, poros ini selanjutnya dikenal dengan HMI DIPO (karena markas besar kala itu berada di Jalan Diponegoro). Poros yang lain memilih untuk mempertahankan asas Islam dalam HMI karena menganggap pemerintah tidak berhak mengintervensi asas organisasi. CVypV. - Himpunan Mahasiswa Islam HMI adalah salah satu organisasi massa yang ikut mengawal perkembangan Indonesia di awal kemerdekaan. Organisasi ini lahir atas prakarsa 15 mahasiswa Sekolah Tinggi Islam STI, yang kini menjadi Universitas Islam Indonesia UII di tahun 1947. Lafran Pane adalah salah satu tokoh yang mencetuskan ide pendirian HMI. Saat itu, dia melihat dan menyadari bahwa mahasiswa Islam yang hidup di zamannya, umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agama. Penyebabnya adalah sistem pendidikan dan kondisi masyarakat yang belum terlalu mendukung pelaksanaan agama di dalam kehidupan itu, demi mengubah keadaan, maka perlu dibentuk sebuah organisasi. Organisasi mahasiswa ini diharapkan dapat mengantarkan mahasiswa mengikuti pembaruan atau inovasi di berbagai bidang, sekaligus mengakomodasi pemahaman dan penghayatan ajaran agama yaitu agama Islam. Mengutip laman HMI, pada 5 Februari 1947, Lafran Pane mengadakan rapat mendadak dengan mengambil waktu pada jam perkuliahan Tafsir. Rapat dilakukan di salah satu ruang kuliah STI yang saat itu berdomisili di Jalan Setiodiningratan Jalan Panembahan Senopati, Kota Yogyakarta. Lafran mengatakan persiapan untuk pembentukan organisasi mahasiswa Islam sudah beres. Lalu, ajakan Lafran tersebut disambut 14 mahasiswa STI lain yang hadir dalam rapat. Akhirnya, terbentuklah HMI dengan menerima siapa pun yang ikut bergabung dan tidak menggubris lagi dengan siapa pun yang menentangnya. Dan, secara lengkap tokoh yang menghadiri berdirinya HMI saat itu adalah Lafran Pane Yogya, Karnoto Zarkasyi Ambarawa, Dahlan Husein Palembang, Siti Zainah Palembang, Maisaroh Hilal Singapura, Soewali Jember, Yusdi Ghozali Pendiri PII-Semarang, Mansyur Anwar Malang, Hasan Basri Surakarta, Marwan Bengkulu, Zulkarnaen Bengkulu, Tayeb Razak Jakarta, Toha Mashudi Malang, dan Bidron Hadi Yogyakarta. Ada dua tujuan yang hendak dicapai atas berdirinya HMI. Pertama, mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Dalam rapat pendirian itu turut mengesahkan anggaran dasar HMI. Sementara untuk Anggaran Rumah Tangga dibuat kemudian. Agar mengukuhkan eksistensi HMI, dibentuk pengurus HMI yang pertama dengan susunan Ketua Lafran PaneWakil Ketua Asmin NasutionPenulis I Anton Timoer DjailaniPenulis II Karnoto ZarkasyiBendahara I Dahlan HuseinBendahara II Maisaroh Hilal, SoewaliAnggota Yusdi Gozali, Mansyur Seiring berjalannya waktu, HMI makin diterima oleh para mahasiswa muslim Indonesia. Nama HMI makin besar. Namun, ada gejolak yang membuat HMI menjadi terpecah menjadi dua. Konflik internal terjadi setelah Kongres HMI ke 15 di Medan pada 1983. Tiga tahun setelah itu, atau pada 1986, HMI memutuskan menerima asas tunggal Pancasila yang dijalankan oleh rezim Orde Baru. Dengan demikian, asas HMI bukan lagi Islam, melainkan Pancasila. Pertimbangan mengubah asas ini cenderung alasan politis dan adanya tawaran-tawaran menarik di balik itu. Akhirnya, sebagian keluarga besar HMI tidak terima dengan keputusan tersebut dan memilih bertahan dengan membuat HMI berasas Islam. Jadilah dua versi HMI. Pertama, HMI Dipo HMI yang berkantor di Jalan Diponegoro Jakarta. Kedua, HMI MPO Majelis Penyelamat Organisasi. Posisi HMI saat itu memang dilematis. Jika tidak mengganti asasnya, maka terancam dibubarkan oleh rezim Orde Baru. Lalu, dalam Kongres HMI di Padang diputuskan menerima asas tunggal Pancasila. Pemerintah saat itu hanya mengakui HMI Dipo sebagai organisasi yang resmi. Tumbangnya rezim Orde Baru tahun 1998, membawa angin segar di tubuh HMI. Pada Kongres HMI di Jambi tahun 1999, HMI Dipo memutuskan untuk mengembalikan asas Islam di tubuh organisasi. Sayangnya, antara HMI Dipo dan HMI MPO tidak otomatis menyatu kembali seperti sedia kala meski keduanya berasas antara HMI Dipo dan HMI MPO memiliki perbedaan karakter dan tradisi keorganisasian. HMI Dipo dinilai lebih dekat dengan kekuasaan dan cenderung pragmatis. Sebaliknya, HMI MPO masih mempertahankan sikap kritis pada penguasa. Meski demikian, HMI telah memberikan sumbangsih besar pada perkembangan negara Indonesia. Banyak jebolan HMI yang menjadi tokoh nasional. Misalnya mantan wakil presiden Jusuf Kalla, mantan ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Ashiddiqie, Yusril Ihza Mahendra, Amien rais, Ade Komarudin, Hamdan Zoelva, Fadel Muhammad, dan masih banyak juga Kader HMI Pukuli Jurnalis Persma Unindra yang Kritisi Omnibus Law AJI-LBH Pers Kecam Kader HMI yang Pukuli Jurnalis Persma Unindra - Politik Kontributor Ilham Choirul AnwarPenulis Ilham Choirul AnwarEditor Alexander Haryanto

perbedaan hmi dipo dan mpo